This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 27 Desember 2011

Nisan Berdarah (KISAH NOVEL DAN FILM YANG DI ANGKAT DARI KISAH NYATA YANG TERJADI DI KALIMANTAN SELATAN)

Sumber:Cerita Rakyat Borneo Island


Mashor adalah pemuda yang bertempat tinggal di desa yang sekarang sekitar Pekauman dan Teluk Selong. Mashor berasal dari keluarga yang miskin, tetapi mempunyai pendidikan yang tinggi dan budi akhlaknya tinggi. Dia mempunyai keahlian membaca Al-Qur...an yang sangat indah didengar. Mashor sebagai orang yang tidak mampu ikut bekerja di rumah Fatimah sebagai pembantu.

Fatimah merupakan gadis dari keluarga sangat kaya. Mereka tinggal disebarang desa Mashor, mungkin sekarang daerah Kampung Melayu. Orang tuanya merupakan pedagang yang mempunyai hubungan dagang keluar daerah. Terutama daerah Singapura.

Mashor sebagai pembantu mempunyai banyak pekerjaan yang harus dilakukannya seperti menimba air, memotong kayu, dan lain-lain. Hari demi hari, bulan demi bulan itu saja yang dilakukannya untuk membiayai hidup dan orang tuanya. Selama beberapa tahun Mashor bekerja dirumah kaya itu membuat Fatimah secara tidak sadar jatuh cinta kepadanya begitu juga sebaliknya. Tetapi karena adat yang menjaga ketat pertemuan antara perawan dengan bujangan membuat hubungan mereka tidak diketahui oleh keluarga.



Mashor sadar percintaan mereka pasti akan ditentang oleh keluarga Fatimah yang memegang adat keluarga. Mereka hanya akan menikahkan anak gadisnya hanya dengan orang yang sederajat dan mempunyai hubungan keluarga bangsawan dan pasti tentu harus pilihan keluarga. Tetapi Cinta di hati tidak bisa menolaknya.

Tidak lama kemudian hubungan mereka mulai diketahui orang tua Fatimah. Betapa marahnya orang tua Fatimah mengetahui hal demikian. Mereka memutuskan untuk menjauhkan Mashor dari Fatimah dengan menugaskan Mashor menjaga kebun karet dan ladang keluarga Fatimah di seberang sungai.



Kebun karet ini berada jauh dari rumah Fatimah, menujunya hanya bisa dengan perahu “jukung” karena melewati sungai yang kecil. Mashor diberikan pondok kecil untuk berteduh dan melakukan kegiatan sehari-hari. Setiap hari dia bekerja merawat kebun karet tersebut. Setiap hasil karet hanya orang suruhan keluarga Fatimah saja yang mengambilnya. Dia tidak diberikan kesempatan untuk ke rumah sang Majikan.

Fatimah mengetahui kabar Mashor hanya dengan meminta keterangan acil ijah, pembantu yang sering mengatarkan beras buat Mashor.

Suatu hari ada orang kaya bernama Muhdar yang masih ada hubungan keluarga dengan Fatimah badatang (melamar) ke rumah Fatimah dengan menggunakan satu buah kapal yang sangat besar sesuai dengan derajat kekayaan orang tersebut. Niat Muhdar disambut baik oleh keluarga Fatimah, mereka sepakat untuk mengadakan perkawinan besar-besaran. Hal ini tidak menjadi beban bagi Muhdar karena kakayaannya.

Fatimah sangat menentang niat orang tuanya yang menjodohkannya dengan Muhdar. Dia kenal betul perangai Muhdar. Walaupun kaya tetapi dia tidak mempunyai budi pekerti dan ilmu agama sebaik Mashor. Tetapi dia harus menjalankan dua pilihan yang sangat berat. Di satu sisi dia mempunyai pilihan dan cinta yang diyakininya membawa kebahagian di dunia dan di akhirat yaitu hidup bersama Mashor. Di satu sisi dia harus mengikuti perintah orang tuanya, dia sadar menyakiti hati orang tua adalah perbuatan yang durhaka. Akhirnya Fatimah pasrah terhadap perjodohan ini. Perjodohan yang dilandasi oleh harta, hubungan keluarga bukan oleh Cinta. Mashor yang berada jauh tidak mengetahui perjodohan ini. Semuanya yang datang ke gubuk Mashor bekerja selalu menutupinya. Mereka tidak ingin dipecat majikan jika menceritakan hal tersebut.

Akhirnya acara pernikahan dimulai, Muhdar datang dengan beberapa kapal besar yang membawa mas kawin atau jujuran. Ada kapal yang membawa isi kamar lengkap, ada kapal yang membawa perhiasan emas dan batu permata, ada kapal yang membawa pakaian wanita yang sangat indah-indah. Bagi mereka semua itu hal biasa, karena bisnis dagang keluarga ini ke Singapura berupa batu permata dan kain. Mereka mempunyai banyak pelanggan di Singapura. Pada jaman tersebut sungai Martapura digunakan sebagai jalur perdagangan. Kapal-kapal besar pedagang Martapura sering berangkat membawa barang dagangan ke Pulau Jawa dan Sumatera hingga Singapura dan Malaysia. Sesuai dengan jalur perdagangan dunia antara Malaysia dan pulau Sumatera.



Pada malam harinya ketika semua kelelahan. Muhdar dan Fatimah tidur di kamar penganten. Belum sempat malam pertama itu terjadi ternyata rumah Fatimah terbakar akibat api dapur lupa dimatikan. Muhdar lari keluar dengan segera tanpa memperdulikan Fatimah. Api semakin membesar Fatimah terjebak di dalamnya.

Mashor yang belum tidur melihat dari kejauhan warna merah di langit yang menadakan kebakaran. Dia yakin kebakaran itu berada di rumah Fatimah. Tanpa peduli aturan majikannya yang tidak memperbolehkannya mendekati rumah dia langsung berlari mengambil jukung. Setelah sampai di rumah Fatimah dia diberitahu bahwa Fatimah terjebak di dalamnya. Dengan kekuatan Cintanya dia terobos api dan menemukan Fatimah pingsan karena terlalu banyak menghirup asap. Dia angkat Fatimah melewati api yang besar. Dengan badannya dia melindungi Fatimah dari api dan kayu rumah yang berjatuhan. Setelah dia bawa keluar Mashor disambut Muhdar dengan merebut Fatimah dari pangkuan Mashor. Dengan demikian Mashor akhirnya mengetahui perkawinan tersebut. Belum sempat dia mendapatkan penjelasan, Mashor pingsan karena terlalu banyak luka bakar yang dialaminya.

Keluarga Fatimah memerintahkan agar mashor dirawat kembali di gubuknya tempatnya bekerja. Dan menginginkan agar peristiwa heroic ini jangan sampai diketahui Fatimah.



Subuh harinya mashor tidak bisa bertahan. Dia meninggal karena luka yang terlalu parah. Setelah sholat dzuhur dia dimakamkan di daerah perkebunan karet tersebut. Atau tepatnya sekarang berada di desa Tungkaran. Makam Mashor sederhana dengan nisan ulin. Untuk mencegah babi hutan kuburannya juga dipagar bambu.

Semuanya berada di pemakaman, baik teman-teman Mashor maupun keluarga Fatiamah. Tetapi Fatimah tidak mengetahui kematian ini. Dia masih lemah di kamar rumah Muhdar. Dia masih bertanya di dalam hati bagaimana dia bisa selamat, suaminya sendiri meninggalkannya saat kebakaran itu terjadi.

Sewaktu malam hari pertanyaan itu dikeluarkannya pada Acil Ijah yang sejak kecil merawatnya. Acil Ijah tahu betul perasaan Fatimah kepada Mashor. Karena tidak dapat mendustai tuannya yang sejak kecil dia pelihara tersebut akhirnya dia ceritakan peristiwa kebakaran itu.

Fatimah yang sangat rindu Mashor akhirnya menanyakan keberadaan Mashor. Dengan sangat hati-hati Acil Ijah menceritakan kematian Mashor dan memberitahukan letak kuburannya. Dia berjanji menemani Fatimah besok untuk ziarah ke kuburan Mashor.

Fatimah Sangat terpukul hatinya mengetahui pemuda yang melindungi dan dicintainya telah tiada. Menangislah Fatimah sejadinya. Setelah semua orang terlelap tidur, jam 3subuh tanpa sepengetahuan yang lain Fatimah keluar rumah. Dia tidak dapat menyimpan perasaan rindu dan dukanya. Tanpa menunggu siang dia bertekad harus menemukan ke kuburan Mashor. Dia tidak yakin kekasihnya sudah meninggal jika tidak menemukan kuburannya langsung. Dia seberangi sungai Martapura dan berjalan menyisir jalan setapak. Dia masih ingat letak kebun karet keluarganya ketika ayahnya pernah mengajak sewaktu kecil. Malam itu hari hujan dengan deras tetapi tidak menyurutkan hati Fatimah, di dalam hatinya hanya ada satu nama Mashor. Dipikirannya hanya ada satu wajah Mashor, pemuda yang sangat mengerti dirinya. Setelah tiba di kebun karet keluarganya, Fatimah tanpa sadar dan mungkin karena ilusi yang muncul karena obsesinya bertemu Mashor, dia melihat Mashor berdiri tersenyum kepadanya di tengah rintikan hujan. Tanpa berpikir panjang Fatimah berlari ingin memeluk tubuh kekasihnya melepaskan segala kerinduannya. Fatimah menabrak tubuh lelaki itu hingga terjatuh tanpa disadari pagar yang terbuat dari bambu yang melindungi kuburan Mashor menusuk tubuh Fatimah tepat di dadanya. Darah mengucur dan menetes di atas kubur Mashor dan melumuri nisannya. Fatimah meninggal dengan senyum dia yakin menemukan cintanya.

(Video dan MP3 cerita ini sudah beredar di kalimantan selatan dibawakan oleh Ust. Hamdani Akbar.)



Semoga Bermamfaat

Banua Lima

Sumber:Wikipedia

Banua Lima adalah sebuah provinsi Kesultanan Banjar. Propinsi ini meliputi sebagian besar wilayah Hulu Sungai di Kalimantan Selatan. Banua Lima artinya lalawangan nang lima yaitu wilayahnya meliputi semua daerah dari Kota Negara sampai sungai-sungai yang berada di hulunya. Distrik tersebut dalam bahasa Banjar disebut lalawangan yaitu :
  1. Sungai Banar (Amuntai Selatan)
  2. Amuntai
  3. Alabio
  4. Kelua
  5. Negara
Dalam perkembangannya kelima distrik tersebut kemudian dimekarkan lagi menjadi lebih banyak yaitu Distrik Negara, Distrik Amandit, Distrik Alabio, Distrik Amuntai,Distrik Balangan, Distrik Batang Alai, Distrik Labuan Amas, Distrik Kelua, dan Distrik Tabalong.
Jadi dalam pengertian ini daerah Margasari dan Banua Ampat, Bakumpai dan daerah Mangkatip tidak termasuk dalam wilayah Banua Lima.
Banua Lima versi kuno (sebelum terbentuknya suku Banjar) pada masa kerajaan Hindu meliputi 5 negeri besar [1]yaitu
  1. Kuripan (Amuntai)
  2. Daha (Nagara-Margasari)
  3. Gagelang (Alabio)
  4. Pudak Sategal (Kalua)
  5. Pandan Arum (Tanjung)
Kelima suku/negeri tersebut mendapat pengaruh Jawa (Majapahit), tetapi khususnya suku/negeri Daha mendapat pengaruh dari Keling.

[sunting] Adipati

Setiap lalawangan (distrik) dipimpin kepala daerah yang bergelar Kiai Tumenggung (Temanggung). Gabungan kelima lalawangan ini dipimpin seorang kepala daerah yang bergelar Kiai Adipati. Pada masa pemerintahan Sultan Adam Alwazikubillah (1825-1857), gubernur (adipati) Banua Lima adalah Kiai Adipati Danu-Raja (Jenal) putera Kiai Ngabehi Jaya Negara (Pambakal Karim). Pambakal Karim adalah ipar dari Nyai Ratu Komala Sari. Kiai Adipati Danu Raja yang sebelumnya bergelar Kiai Tumenggung Dipa-Nata merupakan anak kemenakan dari permaisuri Sultan Adam, Nyai Ratu Komala Sari. Kiai Adipati Danu-Raja masih keturunan anak cucu orang sepuluh (kelompok Nanang). Tumenggung Jalil (Kiai Adipati Anom Dinding Raja) adalah ipar Kiai Adipati Danu-Raja. Sejak wilayah Kerajaan Banjar dikuasai kolonial Belanda, Kiai Adipati Danu Raja menjadi regent pertama Banua Lima dengan gelar Raden Adipati Danu Raja.

[sunting] Banua Lima pada Masa Kerajaan Negara Dipa-Negara Daha (1300-1565)

Ketika Ampu Jatmika, saudagar dari negeri Keling datang ke pulau Hujung Tanah (Borneo) untuk membuka negeri baru, ia memasuki sungai Bahan (sungai Negara) kemudian mendirikan candi Laras di tepi sungai Tapin, sebagai pusat kerajaan Negara Dipa. Setelah mengangkat dirinya sebagai raja, ia mencari daerah baru di sebelah hulu sungai Bahan dan menaklukan penduduknya yaitu daerah lima aliran sungai yaitu sungai Batang Alai, sungai Tabalong, sungai Balangan, sungai Pitak (sungai Pitap), dan sungai Amandit serta wilayah perbukitan yang sejak semula dihuni oleh suku Dayak Bukit. Kelima daerah inilah yang disebut sebagai Banua Lima. Masing-masing Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut dipimpin seorang yang bergelar sakai. Ampu Jatmika kemudian mendirikan Candi Agung (Amuntai) sebagai pusat kerajaan yang baru. Selanjutnya kemudian pusat kerajaan berpindah ke daerah Negara disebut Kerajaan Negara Daha. Menurut sebagian pendapat para ahli sejarah, pada masa Maharaja Tumenggung, pusat kerajaan berada di Muara Rampiau, (Margasari). Jadi sebutan wilayah di hulu (sungai Bahan) dari ibukota kerajaan tetap disebut Banua Lima sedangkan daerah hulu sungai Tapin disebut Banua Ampat. Sedangkan pelabuhan niaga kerajaan Negara Daha berada di Bandar Muara Bahan, di daerah Bakumpai. Wilayah Banua Lima pada masa itu sama cakupannya dengan wilayah Banua Lima pada masa Kesultanan Banjar.


Semoga Bermamfaat

Anak Cucu Sepuluh

Sumber:Wikipedia

Anak cucu orang sepuluh adalah sebutan bagi anak cucu keturunan dari sepuluh orang pambakal yang berjasa pada Kesultanan Banjar karena berhasil menggagalkan laskar yang dipimpin Pangeran Surya dan Pangeran Ahmad yaitu saudara tiri Sultan Tahmidullah II yang menyerang kebun lada milik Sultan di daerah Amuntai pada tahun 1785 di masa Sultan Sulaiman. Pada waktu itu Pangeran Suria saudara Sultan Tahmidullah II berkeinginan pula menjadi raja. Dalam melaksanakan niatnya itu ia dibantu oleh Pangeran Ahmad, tetapi kemudian mereka dapat dihalau oleh kesepuluh orang datu hingga ke perbatasan negeri Paser.[1]
Kesepuluh datu[2] tersebut adalah :
  1. Datu Kabul/Tibul/Ayan Iberun/Abu
  2. Datu Bahala Kiai Miai Tjiara (Kiai Maja Tjetra)
  3. Datu Subul
  4. Datu Wira Laksana
  5. Datu Miskin/Maskar/Masakar
  6. Datu Mahul/Bamail
  7. Datu Uda Pati/Depati
  8. Daru Rukul Sutakuan/Sutaperana
  9. Datu Djahang/Djulang.
Mereka dibebaskan dari pajak dan kerja rodi oleh Kesultanan Banjar. Kemudian anak cucu orang sepuluh yang setia kepada Belanda setelah Kesultanan Banjar dihapuskan oleh Belanda, hak ini tetap mereka miliki.

Daftar isi

 [sembunyikan

[sunting] Pembebasan Pajak

Di masa Sultan Sulaiman terjadi serangan masuk atas kesultanan Banjar yang datang dari Pasir. Serangan ini dipukul mundur oleh rakyat Banua Lima yang dipimpin oleh sepuluh orang datu. Sultan amat berterimakasih akan kejadian ini dan sebagai balasan anak cucu sepuluh datu-datu ini dibebaskan dari erakan dan pajak-pajak lainnya..[3]

[sunting] Perang Banjar

Di zaman Perang Banjar anak cucu orang sepuluh terpecah-pecah. Sebagian besar memihak rakyat dan Sultan ikut berjuang dan kehilangan hak-haknya. Tapi kelompok Adipati Danuraja memihak Belanda dan beserta prajuritnya mengamankan Banua Lima.
Adipati Danuraja yang diangkat Belanda sebagai regent pertama Banua Lima mati terbunuh dalam suatu perkelahian dengan rakyat. Kelompok Danuraja inilah yang meneruskan hak-hak istemewa golongan anak cucu orang sepuluh dan bebas rodi dan pajak dalam pemerintahan kolonial Belanda selanjutnya setelah tahun 1865.[3]

[sunting] Merantau

Di permulaan abad ke-20, anak cucu orang sepuluh banyak yang keluar Banua Lima, ada yang merantau hingga Kota Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara dan sebagain menetap di Kampung Banjer (Banjar). Mengingat hak-hak istimewa keturunannya, mereka berkeberatan dipaksa kerja rodi, sehingga menimbulkan gelombang protes kepada pemerintah Belanda di Batavia.

[sunting] Tindakan Belanda

Tindakan Pemerintah Hindia Belanda yang diambil untuk mengatasi masalah ini [3]:
  1. meneliti kembali silsilah turunan mereka yang bersangkutan untuk menetapkan berhak tidaknya mereka bebas rodi.
  2. Menekankan kepada jumlah yang sekecil mungkin.
  3. Mengusahakan agar kelompok ini lambat laun hilang hak-haknya.

[sunting] Ordonansi Erakan

Dalam ordonansi erakan untuk Karesidenan Selatan dan Timur Borneo(Stb. 1927 no.:203 diubah dan ditambah oleh Stb. 1931 No.:483) dikatakan bahwa [3]:
"yang diseboet anak tjoetjoe orang sepoeloeh, sekadar pada waktu moelaï berlakoe ordonantie ini, mereka itoe bebas dari pada kewadjiban berodi".
Jadi ketetapan yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda sesudah tahun 1927 itu adalah membebaskan kelompok anak cucu orang sepuluh dari wajib rodi bila sebelum tahun 1927 mereka memang telah bebas rodi, sehingga kelompok bebas rodi semakin kecil. Sebab kalaupun betul turunan anak cucu orang sepuluh, bila dalam tahun 1927 belum ada ketetapan bebas rodi, untuk seterusnya kena wajib rodi.


Semoga Bermamfaat

Senin, 26 Desember 2011

Teater Japin Carita (Budaya Kalimantan Selatan)

Sumber : Kerajaan Banjar Virtual

Japin Carita merupakan teater rakyat tradisional yang tumbuh dan berkembang di Kalimantan Selatan berasal dari pengembangan tari dan musik japin. Biasanya Japin Carita ini dibawakan untuk meramaikan malam pengantin dan hari besar Islam. Jenis Teater ini boleh dibilang hampir punah karena sudah sangat jarang dimainkan. Grup kesenian yang masih bisa memainkannya antara lain, Grup Teater Banjarmasin dan La Bastari Kandangan
Pada tahun 1900, di Banjarmasin telah mengenal Japin Arab, yang ditarikan oleh suku Arab di perkampungan Arab. Japin Arab berpengaruh besar masyarakat sekitar, yakni Kampung Melayu, Kuin, Alalak, Sungai Miai, Antasan Kecil, Kalayan, Banyiur. Sampai dengan tahun 1960 di Banjarmasin lebih dari sepuluh orkes Japin lengkap dengan tari-tarian Japin yang langkah-langkahnya agak mirip dengan Japin Arab. Tahun 1961 di kampung Sungai Miai dipergelarkan Japin yang berisi tari Japin dilanjutkan dengan sebuah cerita. Pada tahun 1975 dari dari Tapin menyebutkan bahwa ditemukan Japin bercerita di Kampung Binuang Dalam. Informasi sebelumnya didapatkan pada tahun 1958 terdapat pergelaran Japin Bakisah di Margasari.
Dengan demikian, Japin Carita muncul pada tahun 1958 dan tidak diketahui siapa pencetusnya. Yang jelas, bahwa Japin Carita adalah perkembangan dari Tari dan musik Japin pesisiran. Diperkirakan lahir di Banjarmasin karena pengaruh tonil/sandiwara dan komedi bangsawan kemudian berpengaruh pada masyarakat Badamuluk di Margasari.
japin-carita.jpg

Fungsi Japin Carita pada awalnya semata-mata hanyalah hiburan rakyat sama seperti kesenian khas Banjar lainnya. Pada perkembangannya berfungsi pula untuk perayaan kampung dan perayaan hari besar Islam. Pada masyarakat nelayan Banjar biasanya diadakan pada waktu tidak melaut.
Perkembangan berikutnya, peranannya bertambah dengan masuknya unsur dakwah Islamiyah yang larut di dalamnya. Unsur tari sebagai permulaan dan di tengah pertunjukkan sebagai selingan. Tari Japin yang digelar menunjukkan gaya dan pengaruh Japin Arab. Dakwah sebagai unsurnya lebih menonjol dengan adanya adegan-adegan ceramah agama yang dramatis sehingga fungsinya sebagai sarana dakwah menjadikan Japin Carita semakin diminati masyarakat dan mempunyai wilayah publik yang baik.
Tempat Penyajian
Di lapangan atau di halaman sebuah rumah dibuat tempat bergelar seluas perkarangan, atau dengan ukuran yang cukup untuk tempat musik Japin dan untuk permainan. Biasanya tempat ini diberi hiasan janur yang dibentuk melingkar seperti pintu besar. Latar belakangnya terdiri dari kain yang disebut ‘dinding tambal’ dibuat dari kain perca yang warnanya kuning, hitam, dan merah. Kadang-kadang dibuat juga ‘lalangitan’ yakni bentuk atap pisang sesikat, gunanya agar cahaya lampu tetap terjaga, bahan yang digunakan biasanya ‘kajang’ terbuat dari daun nipah.
Untuk alat pentas digunakan kursi biasa atau kotak kayu yang ditutupi kain. Biasanya setting yang demikian hanya satu buah untuk diduduki oleh peran yang terhormat. Posisi pemusik Japin berada di samping kanan panggung (setengah arena). Posisi penonton adalah berkeliling setengah lingkaran diberi garis batas.
Tari-Tarian
Gerak tari Japin pesisiran atau Japin Rantauan menjadi ciri khas Japin Carita. Gerak tari difungsikan oleh para pemain ketika memasuki arena permainan. Dan tari difungsikan secara utuh sebagai pembukaan, kalau ada penambahan tari dalam adegan dimasukkan tari Japin Rantauan, Japin Tiga Saudara, Japin Pengulu dan sebagainya.
Musik
Musik yang dipakai dalam teater Japin adalah musik Japin Pesisiran. Alat-alat yang ada dalam musik Japin tersebut adalah:
  • Gambus Bidawang
  • Biola
  • Harmonika Angin
  • Babun
  • Keprak
  • Tamborin
  • Agung (Gong) besar dan kecil
Nyanyian
Nyanyian Japin selalu dinyanyikan untuk memanggil penonton sebelum teater dimulai. Nyanyian tersebut memiliki pantun berbahasa Banjar ada juga yang berbahasa Melayu. Nyanyian yang sering dipergunakan adalah :
  • Japin Kuala
  • Japin Sisit
  • Japin Tuan Haji
  • Japin Rantauan
  • Japin Tirik Kuala
  • Japin Tirik Pindahan
  • Japin Kilir-Kiliran


Semoga Bermamfaat

Upacara Baayun Mayang dan Baayun Topeng (Budaya Kalimantan Selatan)

sumber:Kerajaan Banjar Virtual


Masyarakat Banjar di antaranya ada yang melaksanakan upacara berdasarkan adat yang bersifat khusus di lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Salah satu upacara yang sering diadakan adalah upacara Baayun Wayang dan Baayun Topeng. Upacara ini biasanya dilakukan bersamaan dengan diadakannya Upacara Manyanggar Banua atau Babunga Tahun.
Bentuk ayunan dan peralatan lain yang digunakan hampir sama dengan ayunan pada upacara baayun mulud, perbedaannya hanya terdapat pada waktu pelaksanaan, tempat dan tujuan upacara. Upacara baayun wayang dilaksanakan dini hari menjelang Subuh sehabis pergelaran wayang sampir yang diadakan di panggung terbuka dalam rangkaian upacara manyanggar banua. Begitu pula dengan baayun topeng, hanya waktu pelaksanaannya saja dilakukan pada sore hari, yaitu setelah upacara memainkan topeng.
Pada upacara baayun wayang yang mengayun anak dalam buaian adalah seorang dalang sambil bamamang (membaca mantra) dengan wayang di tangan. Sedangkan pada upacara baayun topeng anak-anak juga diayun oleh seorang dalang membaca mantra dengan memegang topeng. Pada kedua upacara ini kedua orang tua hanya membawa anak ke tempat upacara kemudian memohon kepada dalang agar anaknya dapat diayun.
Upacara ini dilakukan untuk mengusir roh-roh jahat yang biasa menunggui anak-anak. Menurut kepercayaan pada waktu diadakan upacara manyanggar banua diundang semua mahluk halus yang menghuni jagad raya, sehingga kesempatan itu digunakan untuk meminta agar jangan mengganggu anak cucu. Sebagai pelengkap upacara disajikan berbagai jenis kue-kue tradisional.

Semoga Bermamfaat

Surat Wasiat Sultan Adam Kepada Cucunya Pangeran Hidayatullah

 Sumber : Kerajaan Banjar Virtual


surat-wasiat.jpg
Naskah Asli tersimpan baik oleh Ratu Yus Roostianah Keturunan garis ke-3 / cicit dari Pangeran Hidayatullah
Surat diatas merupakan tulisan tangan dalam huruf arab berbahasa Melayu Banjar.
Terjemahan :
Bismillahirrahmannirrohim
Asyhadualla ilaha ilalloh naik saksi aku tiada Tuhan lain yang di sembah dengan se-benar2nya hanya Allah
Wa asyhaduanna Muhammadarasululloh naik saksi aku Nabi Muhammad itu se-benar2nya pesuruh Allah Ta’ala
Dan kemudian dari pada itu aku menyaksikan kepada dua orang baik2 yang memegang hukum agama Islam yang pertama Mufti Haji Jamaludin yang kedua pengulu Haji Mahmut serta aku adalah didalam tetap ibadahku dan sempurna ingatanku.
Maka adalah aku memberi kepada cucuku Andarun bernama Pangeran Hidayatullah suatu desa namanya Riyam Kanan maka adalah perwatasan tersebut dibawah ini ;
Mulai di Muha Bincau terus di Teluk Sanggar dan Pamandian Walanda dan Jawa dan terus di Gunung Rungging terus di Gunung Kupang terus di Gunung Rundan dan terus di Kepalamandin dan Padang Basar terus di Pasiraman Gunung Pamaton terus di Gunung Damar terus di Junggur dari Junggur terus di Kala’an terus di Gunung Hakung dari Hakung terus di Gunung Baratus, itulah perwatasan yang didarat.
Adapun perwatasan yang di pinggir sungai besar maka adalah yang tersebut dibawah ini;
Mulai di Teluk Simarak terus diseberang Pakan Jati terus seberang Lok Tunggul terus Seberang Danau Salak naik kedaratnya Batu Tiris terus Abirau terus di Padang Kancur dan Mandiwarah menyebelah Gunung Tunggul Buta terus kepada pahalatan Riyam Kanan dan Riyam Kiwa dan Pahalatan Riyam Kanan dengan tamunih yaitu Kusan.
Kemudian aku memberi Keris namanya Abu Gagang kepada cucuku.
Kemudian lagi aku memberi pula suatu desa namanya Margasari dan Muhara Marampiyau dan terus di Pabaungan kaulunya Muhara Papandayan terus kepada desa Batang Kulur dan desa Balimau dan desa Rantau dan desa Banua Padang terus kaulunya Banua Tapin.
Demikianlah yang berikan kepada cucuku adanya.
Syahdan maka adalah pemberianku yang tersebut didalam ini surat kepada cucuku andarun Hidayatullah hingga turun temurun anak cucunya cucuku andarun Hidayatullah serta barang siapa ada yang maharu biru maka yaitu aku tiada ridho dunia akhirat.
Kemudian aku memberi tahu kepada sekalian anak cucuku dan sekalian Raja-raja yang lain dan sekalian hamba rakyatku semuanya mesti me-Rajakan kepada cucuku andarun Hidayatullah ini buat ganti anakku Abdur Rahman adanya.
Tertulis kepada hari Isnain tanggal 12 bulan Shofar 1259
Semoga Bermamfaat

Upacara Aruh Ganal Dayak Meratus (Budaya Kalimantan Selatan)

Sumber :Kerajaan Virtual Banjar

Upacara Aruh Ganal ini merupakan upacara adat yang terdapat pada suku Dayak Bukit di Pegunungan Meratus. Suku Bukit yang sering melaksanakan upacara ini antara lain daerah Mancabung, Harakit, Balawaian, Batung, Danau Darah, dan Ranai.
Aruh Ganal artinya Kenduri Besar (aruh = kenduri, ganal = besar). Jadi upacara ini dilaksanakan secara besar-besaran oleh seluruh warga kampung dan dihadiri undangan dari kampung lainnya. Dinamai aruh ganal karena ada juga tradisi aruh kecil yang disebut baatur dahar. Baatur dahar ini biasanya hanya dilakukan di lingkungan keluarga. Kemeriahan aruh ganal yang dilakukan tergantung keadaan ekonomi warga di kampung tersebut, sebagai ukurannya adalah hasil panen padi, kacang, dan tanaman pokok lainnya. Apabila hasil tanaman tersebut banyak dan bagus maka akan diadakanlah upacara aruh ganal, sebaliknya jika panen kurang berhasil maka cukup diadakan aruh kecil atau bahkan tidak diadakan sama sekali.
Tujuan diadakannya aruh ganal ini sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia yang dilimpahkan oleh Yang Maha Kuasa, sekaligus memohon agar hasil tahun yang akan datang mendapat panen yang melimpah, dijauhkan dari mara bahaya dan mahluk perusak tanaman.
Waktu Penyelenggaraan
Aruh ganal pada dasarnya dilakukan setahun sekali, namun apabila dalam musyawarah adat menganggap bahwa penduduk banyak yang kurang penghasilannya, maka aruh ganal tidak dilaksanakan pada tahun itu. Waktu penyelenggaraan sesudah panen yang biasanya jatuh pada bulan Juli dan Agustus. Untuk menetapkan hari dan tanggalnya diputuskan dalam musyawarah desa yang dipimpin oleh Kepala Adat dibantu oleh Kepala Kampung. Dalam menentukan tanggal diperhatikan bulan muda , berkisar antara tanggal 1 sampai 15, hal ini berhubungan dengan simbol bahwa rejeki akan naik apabila dilaksanakan pada tanggal-tanggal tersebut.
Persiapan Upacara
Tempat dilaksanakannya upacara adalah di dalam Balai Adat. Persiapan aruh dimulai dengan hari batarah sehari sebelum upacara dimulai. Hari batarah maksudnya hari memulai pekerjaan, mempersiapkan segala sesuatu, membuat perlengkapan upacara, menyiapkan sesaji. Pekerjaan itu harus selesai dalam satu hari.
Perlengkapan upacara yang paling penting adalah langgatan. Langgatan merupakan induk ancak dan sesaji. Untuk menghias langgatan dilakukan pada keesokan harinya setelah malam pembukaan. Langgatan dibuat bersusun lima tingkat, ancak yang terbesar terletak di bawah, makin ke atas makin kecil. Langgatan itu nantinya digantung di tengah balai dengan menggunakan tali rotan yang diikat di empat sudutnya.
Langgatan ini namanya bermacam-macam sesuai dengan isi dan tujuannya. Ada yang bernama Ancak ka gunung (tidak bertingkat), Ancak Balai Raden (berbentuk perahu)
Jenis perlengkapan lainnya adalah Kelangkung, dibuat sebanyak tiga buah. Yang pertama disebut Kelangkung Mantit (nama nenek moyang burung), Kelangkung Nyaru (Dewa Petir), Kelangkung Uria (dewa yang memelihara segala mangsa dan bala yang merusak tanaman)
Pelaksana Upacara
Untuk menyelenggarakan kegiatan upacara yang bersifat khusus mulai awal sampai selesai dilakukan oleh Balian. Balian ini mempunyai pengetahuan yang luas mengenai seluk beluk adat dan tradisi yang dipercayai. Pengetahuan ini diperoleh dengan cara berguru kepada Balian Tuha dan balampah (melakukan semacam semedi untuk bersahabat dengan berbagai jenis roh halus untuk memperoleh kesaktian tertentu).
Dalam upacara ini Balian yang melakukan tugas ada beberapa orang. Sebagai pimpinan dari Balian ini adalah Pangulu Adat (penghulu adat).
Setiap Balian selalu didampingi oleh Panjulang. Panjulang adalah wanita yang selalu memperhatikan pembicaraan Balian atau dapat pula mengajukan permohonan atas kehendak masyarakat. Segala permintaan oleh Balian dilayani oleh Panjulang.
Upacara yang dilakukan oleh Balian ini akan berlangsung dalam lima hari berturut-turut sampai acara Aruh Ganal selesai.
Kada Ulun Biarakan Budaya Banjar Hilang di Dunia !

Semoga Bermamfaat

Balian Mumbur (Cerita Rakyat Kalimantan Selatan)

Sumber: Kerajaan Banjar Virtual

Kisah ini berasal dari kepercayaan orang Dayak Bukit di daerah Sampanahan, daerah di ujung tenggara pulau Kalimantan berseberangan dengan Kotabaru Pulau Laut Kalimantan Selatan. Orang tua di sana bercerita secara turun temurun mengenai kisah seorang pemuda bernama Tanghi yang berubah menjadi Balian Mambur (tabib sakti menurut kepercayaan Kaharingan).
Menurut cerita, ada seorang anak bernama Tanghi yang sejak kecil sudah ditinggal mati kedua orang tuanya. Hidupnya tidak karuan dan luntang lantung mengharap belas kasihan orang. Akhirnya di kampung itu ada seorang duda yang merasa kasihan dengan Tanghi dan mengangkatnya menjadi anak. Tanghi kemudian dewasa dengan bimbingan dan lindungan oleh orang yang sudah dianggapnya ayah ini. Dia diajari bertanam, berburu, dan berbagai keahlian hidup lainnya. Tanghi merasa sangat menyayangi dan menghormati ayah angkatnya ini. Tiba-tiba bencana kembali mendatangi hidup Tanghi, ayah angkatnya yang sangat disayangi meninggal dunia. Sebagai remaja tanggung Tanghi sangat terpukul dan tidak tentu arah memikirkan nasib hidupnya kelak. Setelah ayahnya selesai dikuburkan, Tanghi tidak mau meninggalkan kuburan ayahnya ini, dia terus menerus menangis dan meratapi kepergian ayahnya. Selama tiga hari tiga malam Tanghi menjagai kuburan ayahnya, pada malam ketiga Tanghi merasa kelelahan dan tertidur di dekat kuburan itu.
Pada saat itulah datang Bumburaya (sejenis hantu pemakan mayat), menurut kepercayaan lama, Bumburaya ini akan datang setelah orang mati dikuburkan untuk memakan mayatnya, ini sebabnya ada kepercayaan Kaharingan menunggui orang mati sampai tiga hari di kuburannya. Selama tiga hari Tanghi menangis dikuburan ayahnya itu ternyata Bumburaya tidak berani mendekat, setelah Tanghi tertidur dikira Bumburaya kuburan itu sudah tidak ada lagi yang menjaganya. Mulailah Bumburaya dengan ganasnya menggali tanah untuk mencari mayat di dalamnya, Tanghi yang tadi tertidur tiba-tiba terbangun mendengar bunyi kuburan digali. Tanghi mencari-cari asal suara itu, dilihatnya di dalam kuburan ada makhluk asing yang hanya pernah didengarnya dari cerita orang tua dulu. Di sekitar kuburan yang digali tadi terdapat Salipang (tas kecil dari rotan yang digantungkan di bahu), menurut cerita salipang ini adalah tempat Bumburaya menyimpan ilmu kesaktiannya. Dengan mengendap-endap Tanghi mendekati salipang yang ditinggal di atas liang dan segera mengambilnya, Bumburaya terkejut mencium bau manusia hidup, segera ia bangkit dengan pandangan mengerikan dan mengancam didekatinya Tanghi yang sedang memegang salipang miliknya. Tetapi Tanghi tidak merasa gentar, karena dalam kesedihannya ia tidak peduli lagi apakah hidup atau mati.
Melihat manusia yang ada dihadapannya tidak takut, Bumburaya melunak dan berusaha membujuk Tanghi untuk mengembalikan salipang miliknya. Rupanya tanpa salipang miliknya Bumburaya tidak memiliki kekuatan apa-apa kalau ingin menghadapi manusia.
bulikakan pang salipang ampun diaku” bujuk Bumburaya. (kembalikan salipang milikku)
kada handak, ikam sudah maulah idabul lawan kuburan abah diaku” tolak Tanghi (tidak mau, kamu sudah berlaku jahat terhadap kuburan ayahku)
lamun kada handak mambulikakan jua kubunuh ikam!” ancam Bumburaya (kalau tidak mau mengembalikan akan kubunuh)
bunuh ha, aku ni kadada guna hidup di dunia lagi, kadada wadah mangadu, kadada rumah wadah banaung, baik aku mati ha daripada marista mananggung darita” tantang Tanghi (bunuhlah, tidak ada gunanya lagi aku hidup di dunia, tidak ada tempat mengadu dan rumah tempat bernaung, lebih baik mati saja daripada merana menanggung derita)
ikam masih halus, mun balum masanya mati kada kawa diaku mambunuh ikam” kata Bumburaya (kamu masih kecil, kalau belum waktunya mati, aku tidak bisa membunuh kamu)
Adegan bujuk membujuk ini berlangsung lama, Tanghi tetap pada pendiriannya untuk minta bunuh, minta mati kepada Bumburaya. Sedangkan Bumburaya tidak mau membunuh Tanghi karena menurutnya belum waktunya Tanghi mati. Akhirnya Tanghi membujuk Bumburaya untuk menghidupkan kembali ayahnya, tetapi Bumburaya memberi peringatan bahwa tubuh ayahnya sudah sebagian hancur apabila dihidupkan akan menjadi bentuk yang mengerikan. Tanghi bersedia apapun bentuk ayahnya asal bisa tetap hidup bersamanya. Maka mulailah Bumburaya menghidupkan ayah Tanghi, ternyata memang benar saat ayah Tanghi bangkit, matanya dan sebagian besar tubuh sudah dimakan ulat dan mengerikan. Tanghi melihat kondisi ayahnya malah ketakutan, ia minta kepada Bumburaya untuk mengembalikan saja ayahnya dalam kubur. Bumburaya pun kembali mematikan ayah Tanghi dan mengembalikan mayatnya dalam kubur.
Setelah keinginan Tanghi dipenuhi ternyata Tanghi tetap tidak mau mengembalikan salipang milik Bumburaya. Tidak kehabisan akal Bumburaya pun membujuk Tanghi dengan kesaktian miliknya.
apa maksud ikam” tanya Tanghi (apa maksudmu)
gasan ikam kubariakan minyak nang ada di dalam salipang itu, minyaknya bahasiat banar, urang garing wan urang nang sudah mati kawa ikam tambai mun disapuakan minyak ngini” terang Bumburaya (untukmu kuberikan minyak yang ada di dalam salipang, minyaknya sangat berkhasiat, orang sakit dan orang mati bisa disembuhkan kalau diusapkan minyak ini)
“mun kaya itu, aku hakun” kata Tanghi (kalau begitu aku bersedia)
tapi ada sabuting syaratnya, ikam kada bulih jauh-jauh manambai urang, batasnya kada bulih tapamalam di wadah urang nang ikam datangi itu” kata Bumburaya lagi (tapi ada satu syaratnya, kamu tidak boleh terlalu jauh mengobati orang, batasnya tidak boleh sampai bermalam di tempat orang yang akan diobati)
“kanapa kaya itu?” tanya Tanghi (mengapa seperti itu?)
“mun ikam kawa sakahandak hati maubati urang nang garing sampai jauh-jauh, kadada lagi kena urang mati maka kadada lagi mayat gasan aku makan” Bumburaya menerangkan (kalau kamu bisa sekehendak hati mengobati orang sampai jauh, tidak ada lagi orang yang mati, maka tidak ada mayat untuk aku makan)
Tanghi pun setuju, dikembalikannya salipang milik Bumburaya, setelah itu segera Bumburaya memberikan ilmunya serta minyak untuk mengobati orang sakit bahkan orang yang sudah mati kepada Tanghi. Akhirnya Tanghi menjadi pananambaan (tabib) yang sanggup mengobati sakit apa saja dan menghidupkan kembali orang yang mati. Nama Tanghi semakin terkenal, berduyun-duyun orang menemuinya, bagi yang sakit ringan datang sendiri, yang sakit berat didatangi ke rumah tetapi Tanghi tetap memegang syarat untuk tidak terlalu jauh menambai (mengobati) orang. Karena ketenarannya itu ia mendapat gelar Balian Mambur konon cara Balian ini masih dipakai sampai sekarang.
Dalam kepercayaan Kaharingan, upacara Balian dilakukan dengan cara : mula-mula keluarga si sakit menyediakan sepotong kayu yang diukir menyerupai manusia, ada juga berbentuk Naga dan Ular terbuat dari kayu Pulantan yang ringan. Di tengah balai disediakan tempat berbentuk lingkaran yang bernama langgatan ( tempat meletakkan peralatan upacara) disini diletakkan patung sebagai lambang dewa-dewa yang dipuja. Selama melakukan balian, gendang dibunyikan dan gelang hiyang dihentakan. Gelang Hiyang terbuat dari gangsa dan jumlah yang dipakai oleh seorang Balian menunjukkan kesaktiannya. Balian tingkat tertinggi memakai 3 gelang hiyang. Langgatan dihiasi pula dengan anyaman pucuk enau, di dalamnya diletakkan bakul dengan bermacam motif dan bentuk. Motif dan bentuk bakul ini ada yang dinamakan pipit mandi, mayang merekah, naga maulit (melingkar) dan sebagainya. Isi bakul merupakan sesajian bagi dewa-dewa berupa beras, lamang, ayam, dan lain-lain sesuai keinginan Balian. Kerja Balian dalam mengobati ini disebut batutulung. Dalam upacara batutulung orang yang sakit diletakkan membujur, dan selama siang malam sang Balian batandik (menari setengah loncat) di sekeliling orang sampai akhirnya sembuh.
Beberapa tahun kemudian Tanghi sudah tua dan berkeluarga serta semakin terkenal. Rupanya dengan ketenarannya itu dan niat baik Tanghi membuatnya lupa untuk tidak mengobati orang jauh-jauh sehingga Bumburaya tidak mempunyai makanan mayat lagi di sekitar sana dan akhirnya pergi meninggalkan Tanghi. Akibatnya ada orang yang iri dan mengetahui rahasia perjanjian Tanghi dengan Bumburaya. Saat Tanghi melakukan pengobatan yang jauh, orang yang iri itu menculik anak dan istri Tanghi kemudian membunuhnya, supaya Tanghi tidak bisa lagi menghidupkan dibakarnya mayat mereka berdua dan abunya dibuang ke sungai.
Saat Tanghi pulang dia tidak menemukan anak dan istrinya, kata orang kampung mereka berdua sudah dibunuh dan dibakar tanpa ada sisa mayatnya lagi. Mendengar ini Tanghi pun kehilangan semangat hidup, pikirnya buat apa dia bisa mengobati orang tetapi keluarga sendiri tidak bisa disembuhkan. Akhirnya Tanghi bertekad tidak ingin lagi menemui manusia, dia bersumpah bila manusia ingin bantuannya harus mengadakan upacara balian delapan hari delapan malam tanpa makan dan tidur terus menerus batandik. Setelah mengucapkan sumpah itu Tanghi menghilang jasadnya mendewata dan tidak bisa lagi ditemui manusia.
Sejak saat itu di kepercayaan Kaharingan bermunculan Balian-Balian lainnya untuk melakukan pengobatan tetapi tidak ada yang sehebat Balian Mambur yang sampai bisa menghidupkan orang mati. Balian yang lain selalu berupaya memanggil Balian Mambur tetapi tidak ada yang sanggup. Menurut kepercayaan apabila ada orang Dayak bukit sakit kemudian diobati Balian tetapi tidak berhasil berarti Balian Mambur tidak sudi datang menolong mereka.



Semoga Bermamfaat

Anak Sima Bayi Pemakan Jantung (Cerita Rakyat Kalimantan Selatan)



Cerita rakyat Anak Sima ini penuh misteri, ada beberapa sumber yang saya temui menceritakan bahwa sewaktu beliau kecil memang pernah mendengar jeritan tangis Anak Sima. Cerita ini berkembang di daerah hulu sungai, waktu itu pernah menjadi cerita yang menghebohkan tetapi sekarang tidak banyak lagi anak muda yang mengetahui kisahnya.
Anak Sima berasal dari anak kapang (anak terlahir dari hubungan tidak sah), karena merupakan anak hubungan gelap maka ibu sang bayi membuangnya ke dalam hutan lebat setelah dilahirkan, untuk membuang rasa malu. Bayi yang baru lahir ini menangis sejadi-jadinya karena ia merasa lapar dan kedinginan. Berhari-hari menangis tidak ada seorang pun yang mendengar sehingga hampir mati.
Tiba-tiba saat itu lewatlah Takau (jenis hantu paling kuat dalam cerita rakyat Kalsel, bisa berubah bermacam bentuk dan ilmunya sangat tinggi). Takau yang lewat ini sangat kelaparan, saat ia mendengar tangisan bayi segera ia menuju ke sumber suara.
” aumm (takau dalam bentuk macan) laparnya ai parut ku, nyaman banar bisa bayi ngini lamun kumakan” geram Takau (lapar sekali perutku, sungguh lezat kalau bayi ini kumakan).
Takau pun segera mendekati bayi itu, bayi yang menangis disentuhnya tiba-tiba berhenti menangis. Takau terpesona melihat kecakapan anak ini. Rambutnya ikal,hidung mancung, matanya bulat, bibirnya merah delima, dan tersenyum dengan sangat manis. Takau berubah menjadi bentuk manusia, digendongnya dengan mesra bayi itu, di dalam hatinya tidak ada lagi maksud untuk memakan bayi ini.
“bah, baik ku bawa bulik haja bayi ngini, bungas banar, kujadiakan anakku, kusayangi wan kupalihara” kata Takau kegirangan (wah, sebaiknya kubawa pulang saja bayi ini, cantik sekali, aku jadikan anakku, aku sayangi dan aku pelihara). Bertahun-tahun Takau memelihara bayi yang diberinya nama Anak Sima, tetapi anehnya Anak Sima ini tidak bertambah dewasa bentuknya tetap seorang bayi. Karena dipelihara oleh hantu, maka Anak Sima pun memiliki ilmu hantu dari Takau. Takau dan Anak Sima selalu mengembara ke hutan-hutan, kadang digendong kadang dihambin (digendong di punggung/dibopong) Takau sangat menyayangi Anak Sima. Saat Anak Sima lapar maka ia akan pergi sendiri mencari makanannya. Jenis makanan yang paling disukai Anak Sima adalah jantung manusia hidup.
Anak Sima mempunyai ilmu yang lumayan hebat semacam ilmu pengasih, dengan tangisannya orang akan terpesona sehingga mencari-cari sumber suara, setelah orang itu mendekat Anak Sima dengan mesra akan memanggil orang itu ‘Uma-Uma’ (mama). Orang yang dipanggil akan merasa kasihan dan sayang sehingga tidak mampu menahan keinginan untuk menggendong Anak Sima.
Pada suatu ketika, ada seorang ibu tua yang sedang mengumpulkan kayu bakar memasak di hutan. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh bunyi suara tangisan bayi, meskipun dalam pikirannya bingung ada tangis bayi dalam hutan, tetapi tangisan itu sangat menggoda untuk dicari. Diperhatikannya sekeliling untuk mencari sumber tangisan itu, didekatinya, ketika sampai dibawah pohon dilihatnya ada seorang bayi yang sangat cantik rupanya.
“Uma” ujar bayi itu. Perempuan tua sangat terkejut mendengar panggilan itu. Langsung saja timbul rasa iba dan sayangnya pada bayi ini. Segera didekatinya bayi yang tadi memanggilnya dengan sebutan mama.
kur sumangat, anakku” ujarnya (semacam panggilan orang Melayu Banjar, maksudnya mengembalikan semangat yang hilang). Bayi ini segera digendongnya, tetapi anehnya si bayi hanya mau dihambin. Kehendaknya dituruti oleh ibu tua, dalam perjalanan pulang ke rumah dihambinnya bayi ini yang tak lain adalah Anak Sima.
Semakin jauh perjalanan, si perempuan tua semakin merasakan punggungnya berat dan pedih, padahal si bayi badannya ringan. Karena tidak tahan lagi ia pun menengok ke belakang, tetapi yang dilihatnya sangat mengerikan, Anak Sima sedikit demi sedikit memakan daging punggungnya sampai berlubang setelah itu diambilnya jantung kemudian dimakannya. Perempuan tua yang sudah diambil jantungnya segera ditinggalkan lari ke dalam hutan.
Begitulah cara Anak Sima menjerat korbannya. Begitu banyak korban berjatuhan di dalam hutan karena terpesona oleh Anak Sima ini. Semua korban ditemukan dalam keadaan yang hampir sama, tubuh bagian belakang berlubang dan jantungnya telah hilang.
Di daerah yang menjadi sumber cerita ini, sering terdengar bunyi tangisan bayi di samping rumah. Bayi ini menangis sambil memanggil Uma kepada orang di dalam rumah. Bagi yang sudah tahu maka akan menyahut “Aku lainan uma ikam. Uma ikam di anu / di kampung anu” (aku bukan ibumu, ibumu di anu / di kampung anu). Maka Anak Sima yang mendengar jawaban tadi akan segera pergi ke tempat yang disebutkan oleh yang punya rumah. Sehingga terhindarlah mereka dari ancaman Anak Sima.
Menurut kepercayaan, rambut Anak Sima mampu memberi ilmu. Barangsiapa yang memiliki rambut Anak Sima akan mempunyai ilmu menghilang, kebal senjata, dan kaya raya. Tetapi sampai saat ini menurut cerita tidak ada seorang pun yang mampu menangkap Anak Sima untuk dipotong rambutnya.


Semoga Bermamfaat

Balai Amas dan Batu Beranak (Kisah Cerita Rakyat Kalimantan Selatan)

Sumber: Kerajaan Banjar Virtual



Cerita ini oleh-oleh dari pulang kampung tempat mertua di Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Asal mula cerita Balai Amas (Balai Emas) dan Batu Beranak ini merupakan sebuah tempat berdirinya pohon Ulin yang sangat besar.
Balai Emas dan Batu Beranak
Dahulu kala, disebuah pohon Ulin yang sangat besar ini hidup seekor burung Garuda yang setiap waktu kerjaannya memakan anak bayi yang masih di dalam ayunan. Karena semakin lama semakin meresahkan, para penduduk kampung bersepakat untuk memikirkan cara bagaimana menyingkirkan burung Garuda tersebut. Pohon Ulin itu mempunyai diameter kira-kira sama besarnya dengan rumah tipe 36. (Gambar bangunan di atas mencerminkan besarnya ukuran pohon kayu ulin tersebut.)
Berbagai macam peralatan dicobakan untuk menebang pohon ulin tersebut tetapi tidak satupun yang mampu menggores batang kayunya. Akhirnya ada seorang tetuha kampung setempat mencoba menumbangkan pohon tersebut dengan sebilah pisau. Dikorek perlahan-lahan akar pohon ulin tersebut dengan hanya menggunakan sebilah pisau kecil tidak disangka-sangka pohon Ulin raksasa inipun roboh bersama burung Garuda di atasnya. Konon, saking tinggi dan besarnya pohon Ulin ini pucuknya sampai roboh ke daerah Marabahan, Barito Kuala (± 50 km dari Banjarmasin, ± 200 km dari Kandangan), sehingga nama daerah itu disebut Marabahan yang berarti tempat rabah (roboh) pohon Ulin tadi.
Setelah keadaan aman, bekas tumbuh pohon Ulin tadi dibuat sebuah balai (ada gambarnya). Di balai inilah sejak dulu diadakan berbagai macam selamatan dan acara adat setiap tahunnya. Menurut informasi pada malam ahad ini tanggal 20 Oktober 2007 akan diadakan upacara Manaradak di balai tersebut, sebagai tanda awal menanam padi.
Di kampung ini juga ada dua buah tempat yang diyakini penduduk memiliki kesaktian, yaitu Batu Beranak. Tempat batu beranak ini asalnya tidak ada apa-apa, tiba-tiba bermunculan batu-batu memenuhi tempat tersebut sehingga oleh penduduk setempat diberi gelar Batu Beranak. Konon, ukuran batu yang ada disini bisa tumbuh berkembang sampai akhirnya melahirkan batu kecil di sekelilingnya, begitu seterusnya seperti siklus hidup manusia.
Pernah ada yang iseng-iseng mencoba mengukur batu tersebut, setiap hari Jumat batu yang sama diukur dan menurut keterangan para saksi batu yang diukur tersebut memang terus bertambah ukurannya. Pernah juga ada orang yang mengambil untuk dibawa pulang ternyata beberapa hari kemudian batunya hilang setelah diperiksa batu yang sama kembali ke tempatnya semula.
Demikian sekilas oleh-oleh cerita dari kampung dan memperkenalkan tempat yang diyakini masyarakat setempat sebagai tempat berkeramat sebagai bagian dari kekayaan budaya Banjar.
Bagi yang penasaran, silakan untuk mengunjungi dua tempat tersebut. Pisau yang digunakan untuk merobohkan pohon Ulin tadi masih disimpan secara turun temurun oleh penduduk kampung, bila berkunjung ke sana bisa mencari informasi lebih lanjut. Untuk sementara diberi photonya dulu.
Kada Ulun Biarakan Budaya Banjar Hilang di Dunia !

Lok Lua/Sungai Naga (Cerita Rakyat Kalimantan Selatan)

Sumebr: Dunia_mu

Dahulu kala ada sebuah keluarga nelayan mempunyai seorang anak laki-laki. Bila mereka pergi bekerja, anaknya tinggal di rumah untuk menjaga rumah.

Pada suatu hari suami-isti nelayan itu memasuki alat penangkap ikan mereka yang berupa tangguk besar. Sial, seekor pun tidak ada yang masuk. Meskipun demikian mereka tidak putus asa. Tangguk tetap dimasukkan dan diangkat berulang-ulang tanpa mengenal lelah. Akhirnya, ketekunan meeka berhasil juga. Pada waktu mereka mengangkat tanggukmereka untuk kesekian kalinya, ternyata di dalamnya terdapat sebutir telur yang sangat besar. Karena ngeri benda ajaib itu, telur itu segera mereka masukkan kembali ke dalam air. Anehnya, setiap kali mereka mengangkat tangguknya, setiap kali ada pula telur itu dan setiap kali segera mereka masukkan kembali ke dalam air. Keadaan ini berulang terus, walaupun telah mereka pindahkan tangguk mereka ke tempat lain. Rupanya telur itu berkeras hati untuk tetap bersama mereka. Akhirnya, karena putus asa telur itu pun dibawa pulang.

Sesampainya di rumah, anak kesayangan mereka sedang tidur pulas. Karena tidak mendapatkan ikan, maka telur itu pun direbusnya. Setelah matang, telur itu mereka makan sebagai lauk teman nasi.

Begitu perut mereka kenyang, timbullah suatu keajaiban. Kedua suami istri itu perlahan-lahan berganti rupa menjadi dua ekor naga yang besar. Keajaiban ini tidak menimpa putra mereka karena ia belum sempat memakan telur itu.

Setelah terjaga dari tidurnya, anak itu pun menjadi ketakutan sewaktu melihat keadaan orang tuanya. Ia pun menangis karena sedih. Melihat itu, kedua naga itu segera menjilati pipi putra merekayang sangat mereka kasihi itu. Setelah anaknya tenang, ayahnya menasehati, agar tidak mekan telur di atas dulang. Telur itu adalah telur naga putih yang hidup di sungai tempat mereka sering mencari ikan dan siapa saja yang memakan telur itu akan menjadi naga seperti mereka. Setelah meninggalkan pesan itu, kedua naga itu pun terjun ke dalam sungai untuk bertempur dengan naga putih yang telah mengubah wujud mereka.

Dua pesan lainnya mereka berikan juga pada putranya. Apabila timbul darah mereh pada sungai, itu berarti mereka kalah. Namun, bila timbul darah putih, itu berarti naga putihlah yang kalah. Tanda hasil pergulatan itu akan terlihat apabila hujan turun rintik-rintik pada hari panas dan timbul pelangi di antara langit dan bumi.

Setelah orang tuanya masuk ke dalam sungai, anak itu duduk termenung. Ia terlalu kecil untuk menghadapi kenyataan hidup seperti itu. Setiap hari ia memandangi air sungai. Berharap agar kedua orang tuanya muncul lagi. Hingga pada suatu hari hujan turun rintik-rintik, di langit ada pelangi berwarna-warni, pada saat itulah air sungai mentembulkan warna putih seperti susu. Anak itu yakin sekarang kalau kedua orang tuanya telah memenangkanpertempuran denga si naga putih.

Namun, ayah dan ibunya tk pernah kembali ke rumah lagi. Anak itu menunggu di tepi sungai dan terus menunggu hingga akhir hayatnya ia memang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang tuanya.

Tempat kejadian cerita ini sekarang disebut Lok Si Naga atau Lok Lua artinya Sungai Naga.


Semoga Bermamfaat

Legenda Gunung Batu Bangkai (Cerita Rakyat Kalimantan Selatan)



Loksado adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Indonesia. Di daerah ini terdapat sebuah gunung yang memiliki nama yang cukup unik, yaitu Gunung Batu Bangkai. Masyarakat setempat menamakannya demikian, karena di gunung tersebut ada sebuah batu yang mirip dengan bangkai manusia. Konon, kehadiran batu bangkai tersebut berasal dari sebuah cerita legenda yang sampai saat ini masih berkembang di kalangan masyarakat Banjar Hulu di Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Cerita legenda ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Andung Kuswara yang durhaka kepada umanya. Karena kedurhakaannya, Tuhan menghukum si Andung menjadi batu.
Legenda Batu BangkaiKonon pada zaman dahulu, di suatu tempat di Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, hiduplah seorang janda tua bersama seorang anak laki-lakinya yang bernama Andung Kuswara. Ia seorang anak yang baik dan pintar mengobati orang sakit. Ilmu pengobatan yang ia miliki diperoleh dari abahnya yang sudah lama meninggal. Andung dan umanya hidup rukun dan saling menyayangi. Setiap hari mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Andung mencari kayu bakar atau bambu ke hutan untuk membuat lanting untuk dijual, sedangkan umanya mencari buah-buahan dan daun-daunan muda untuk sayur.
Legenda Batu BangkaiSuatu hari, Andung pergi ke hutan seorang diri. Karena keasyikan bekerja, tak terasa waktu telah beranjak senja, maka ia pun bergegas pulang. Di tengah perjalanan, ia mendengar jeritan seseorang meminta tolong. Andung segera berlari menuju arah suara itu. Ternyata, didapatinya seorang kakek yang kakinya terjepit pohon. Andung segera menolong dan mengobati lukanya. “Terima kasih banyak, anakku!” kata orang tua itu. Dia kemudian mengambil sesuatu dari lehernya. “Hanya benda ini yang dapat kai berikan sebagai tanda terima kasih. Mudah-mudahan kalung ini membawa keberun­tungan bagimu,” ucap kakek itu seraya mengulurkan sebuah kalung kepada Andung. Setelah mengobati kakek itu, Andung bergegas pulang ke rumahnya.

Sesampai di rumah, Andung menceritakan kejadian tadi kepada umanya. Usai bercerita, Andung menyerahkan kalung pemberian kakek itu sambil berkata, “Uma, tolong simpan kalung ini baik-baik”. Umanya menerima dan memerhatikan benda itu dengan saksama. “Sepertinya ini bukan kalung sembarangan, Nak. Lihatlah, sungguh indah!” kata Uma Andung dengan takjub. Setelah itu, Uma Andung menyimpan kalung tersebut di bawah tempat tidurnya.

Kehidupan terus berjalan. Pada suatu hari, Andung terlihat termenung seorang diri. “Ya Tuhan, apakah kehidupanku akan seperti ini selamanya? Aku ingin hari depanku lebih baik daripada hari ini. Tapi…bagaimana caranya?” kata Andung dalam hati. Sejenak ia berpikir mencari jalan keluar. Tiba-tiba, terlintas dalam pikiran Andung untuk pergi merantau. “Hmm…lebih baik aku merantau saja. Dengan begitu aku dapat mengamalkan ilmu pengobatan yang telah aku peroleh dari abah dulu. Siapa tahu dengan merantau akan mengubah hidupku,” gumam Andung dengan semangat. Namun, apa yang ada dalam pikirannya tidak langsung ia utarakan kepada umanya. Rasa ragu masih menyelimuti hati dan pikirannya. Jika ia pergi merantau, tinggallah umanya sendiri. Tetapi, jika ia hanya mencari kayu bakar dan bambu setiap hari, lalu kapan kehidupannya bisa berubah. Pikiran-pikiran itulah yang ada dalam benaknya.

Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Andung benar-benar sudah tidak tahan lagi hidup miskin. Keraguannya untuk meninggalkan umanya pun lenyap. Dorongan hati Andung untuk merantau sudah tak terbendung lagi. Suatu hari, ia pun mengutarakan maksud hatinya kepada umanya. “Uma, Andung ingin mengubah nasib kita. Andung memutuskan untuk merantau ke negeri seberang. Oleh karena itu, Andung mohon izin dan doa restu, Uma,” kata Andung dengan hati-hati memohon pengertian umanya. “Anakku, sebenarnya Uma sudah bersyukur dengan keadaan kita saat ini. Tetapi, jika keinginan hatimu sudah tak terbendung lagi, dengan berat hati Uma akan melepas kepergianmu,” sahut Uma Andung memberikan izin.

Setelah mendapat restu dari umanya, Andung segera berkemas dengan bekal seadanya. Andung membawa masing-masing sehelai kain, baju dan celana. Memang hanya itu yang ia miliki. Ketika Andung hendak meninggalkan gubuk reotnya, Uma berpesan kepadanya. “Andung ..., ingatlah Uma! Ingat kampung halaman dan tanah leluhur kita. Jangan pernah melupakan Tuhan Yang Mahakuasa. Walau berat, Uma tak bisa melarangmu pergi. Jika takdir menghendaki, kita tentu akan berkumpul kembali,” kata sang Uma dengan sedihnya.

Mendengar nasihat umanya, Andung tak kuasa menahan air matanya. “Andung, bawalah kalungmu ini. Siapa tahu kelak kamu memerlukannya,” ujar Uma Andung melanjutkan. Setelah menerima kalung itu, Andung kemudian berpamitan kepada umanya. Andung mencium tangan umanya, lalu umanya membalasnya dengan pelukan erat. Sesaat, suasana haru pun meliputi hati keduanya. Ketika Uma memeluk Andung, beberapa tetes air mata menyucur dari kelopak matanya, jatuh di atas pundak Andung. “Maafkan Andung, Uma! Andung berjanji akan segera kembali jika sudah berhasil,” kata Andung memberi harapan kepada umanya. “Iya Nak. Cepatlah kembali kalau sudah berhasil! Hanya kamulah satu-satunya milik Uma di dunia ini,” jawab Uma penuh harapan. Beberapa saat kemudian, Uma berucap kepada Andung. “Segeralah berangkat Andung, agar kamu tak kemalaman di tengah hutan.” 

Andung mencium tangan umanya untuk terakhir kalinya, lalu pamit. Andung berangkat diiringi lambaian tangan Uma yang sangat dikasihinya. “Selamat jalan, anakku. Jangan lupa cepat kembali,” teriak Uma dengan suara serak. “Tentu, Uma!” sahut Andung sambil berjalan menoleh ke arah umanya. “Jaga diri baik-baik, Uma! Selamat tinggal! Uma baru beranjak dari tempatnya setelah Andung yang sangat disayanginya hilang di balik pepohonan hutan. Sejak itu, tinggallah Uma Andung sendirian di tengah hutan belantara. 

Berbulan-bulan sudah Andung meninggalkan umanya. Andung terus berjalan. Banyak kampung dan negeri telah dilewati. Berbagai pengalaman didapat. Ia juga telah mengobati setiap orang yang memerlukan bantuannya.

Suatu siang yang terik, tibalah Andung di Kerajaan Basiang yang tampak sunyi. Saat menyusuri jalan desa, Andung bertemu dengan seorang petani yang kulitnya penuh dengan koreng dan bisul. Andung kemudian mengobati petani itu. Dari orang tersebut Andung mengetahui jika Negeri Basiang sedang tertimpa malapetaka berupa wabah penyakit kulit. Karena berhutang budi kepada Andung, orang itu mengajak Andung tinggal di rumahnya. Setiap hari, penduduk yang terjangkit penyakit berdatangan ke rumah orang tua itu untuk berobat kepada Andung. Seluruh penduduk yang telah diobati oleh Andung sembuh dari penyakitnya. Berita perihal kepandaian Andung dalam mengobati pun menyebar ke seluruh negeri.

Suatu hari, berita kepandaian Andung mengobati penyakit tersebut akhirnya sampai ke telinga Raja Basiang. Sang Raja pun mengutus hulubalang menjemput Andung untuk mengobati putrinya. Beberapa lama kemudian, hulubalang tersebut sudah kembali ke istana bersama Andung. Andung yang miskin dan kampungan itu sangat takjub melihat keindahan bangunan istana. Ia berjalan sambil mengamati setiap sudut istana yang dihiasi ratna mutu manikan. Tak disadari, ternyata sang Raja sudah ada di hadapannya. Andung pun segera memberi salam dan hormat kepadanya. “Salam sejahtera, Tuanku,” sapa Andung kepada Baginda.

Sang Raja menyambut Andung dengan penuh harapan. Dia kemudian menyampaikan maksudnya kepada Andung. “Hai anak muda! Ketahuilah, putriku sudah dua minggu tergolek tak berdaya. Semua tabib di negeri ini sudah saya kerahkan untuk mengobatinya, namun tak seorang pun yang mampu menyembuhkannya. Apakah kamu bersedia menyembuhkan putriku?” tanya sang Raja. “Hamba hanya seorang pengembara miskin. Pengetahuan obat-obatan yang hamba miliki pun sedikit. Jika nantinya hamba gagal menyembuhkan Tuan Putri, hamba mohon ampun Paduka,” kata Andung merendah.

Andung pun dipersilakan masuk ke kamar Putri. Putri tergolek kaku di atas pembaringannya. Wajahnya pucat pasi dan bibirnya tertutup rapat. Walupun pucat pasi,  wajah sang Putri tetap memancarkan sinar kecantikannya. “Aduhai, cantik sangat sang Putri,” ucap Andung menaruh hati kepada sang Putri. Sesaat kemudian, Andung pun mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk membangunkan sang Putri. Namun, sang Putri tetap tak bergerak. Andung mulai panik. Tiba-tiba, hati Andung tergerak untuk mengambil kalung pemberian kakek yang ditolongnya dulu. Andung meminta kepada pegawai istana agar disiapkan air dalam mangkuk. Setelah air tersedia, lalu Andung segera merendam kalungnya beberapa saat. Kemudian air rendaman diambil dan dibacakan doa, lalu ia percikkan beberapa kali ke mulut sang Putri. Tak berapa kemudian, sang Putri pun terbangun. Matanya yang kuyu perlahan-lahan terbuka. Wajahnya segar kembali. Akhirnya, Putri dapat bangkit dan duduk di pembaringan.

Semua penghuni istana turut bergembira dan merayakan kesembuhan sang Putri. Paduka Raja sangat berterima kasih atas kesembuhan putri satu-satunya yang sangat ia cintai Atas jasanya tersebut, Andung kemudian dinikahkan dengan sang Putri. Pesta perkawinan dilaksanakan tujuh hari tujuh malam. Semua rakyat bersuka ria merayakannya. Putri tampak berbahagia menerima Andung sebagai suaminya. Demikian pula Andung yang sejak pandangan pertama sudah jatuh cinta pada sang Putri. Mereka berdua melalui hari-hari dengan hidup bahagia.

Minggu dan bulan terus berganti. Istri Andung pun hamil. Dalam kondisi hamil muda sang Putri mengidam buah kasturi yang hanya tumbuh di Pulau Kalimantan. Karena cintanya kepada sang Putri begitu besar, Andung pun mengajak beberapa hulubalang dan prajurit untuk ikut bersamanya mencari buah kasturi ke Pulau Kalimantan.

Setibanya di Pulau Kalimantan, Andung berangkat ke daerah Loksado untuk mencari sebatang pohon kasturi yang dikabarkan sedang berbuah di sana. Alangkah terkejutnya Andung, karena pohon kasturi itu berada tepat di depan rumahnya dulu.  Andung segera mengajak hulubalang dan para prajuritnya kembali. Rupanya ia tidak mau bertemu dengan umanya.

Mendengar keributan di luar rumahnya, seorang nenek tua renta berjalan terseok-seok menuju ke arah rombongan tersebut. “Andung..., Andung Anakku...!” suara nenek tua yang serak memanggil Andung. Dengan terbungkuk-bungkuk nenek itu mengejar rombongan Andung.

Andung menoleh. Ia tersentak kaget melihat sang Uma yang dulu ditinggalkannya sudah tua renta. Karena malu mengakui sebagai umanya, Andung membentak, “Hai nenek tua! Aku adalah raja keturunan bangsawan. Aku tidak kenal dengan nenek renta dan dekil sepertimu! ujar Andung kemudian memalingkan muka dan pergi.
Legenda Batu BangkaiHancur luluh hati sang Uma dibentak dan dicaci maki oleh putra kandungnya sendiri. Nenek tua yang malang itu pun berdoa, “Ya, Tuhan Yang Mahakuasa, tunjukkanlah kekuasaan dan keadilan-Mu,” tua renta itu berucap pelan dengan bibir bergetar. Belum kering air liur tua renta itu berdoa, halilintar sambar-menyambar membelah bumi. Kilat sambung-menyambung. Langit mendadak gelap gulita. Badai bertiup menghempas keras. Tak lama kemudian, hujan lebat tumpah dari langit. Andung berteriak dengan keras, “Maafkan aku, Uma...!” Tapi siksa Tuhan tak dapat dicabut lagi. Tiba-tiba Andung berubah menjadi batu berbentuk bangkai manusia.

Sejak itu, penduduk di sekitarnnya menamai gunung tempat peristiwa itu terjadi dengan sebutan Gunung Batu Bangkai, karena batu yang mirip bangkai manusia itu berada di atas gunung. Gunung Batu Bangkai ini dapat dijumpai di Kecamatan Loksado, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. (SM/sas/8/7-07).

Lanting : rakit kecil.                            
Uma : ibu                                       
Kai : kakek
Abah : ayah




Article Directory: http://www.sumbercerita.com
Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan Adicita Karya Nusa, 2006.

Semoga Bermamfaat

Minggu, 25 Desember 2011

Biodata Personil Super Junior/ Suju Korea

Sumber: Anakremaja



Super Junior merupakan Boyband asal korea Biodata Foto Super Junior banyak dicari kalangan pencinta boyband yang satu ini, mungkin karena ganteng ganteng ya? Super Junior (Korea: 슈퍼주니어), atau lebih dikenal dengan SJ / SuJu (Korea: 슈주), merupakan sebuah grup musik R&B yang berasal dari Seoul, Korea Selatan. Anggotanya berjumlah 13 orang yaitu Leeteuk, Heechul, Han Geng, Yesung, Kang-In, Shindong, Sungmin, Eunhyuk, Donghae, Siwon, Ryeowook, Kibum, dan Kyuhyun. Album perdananya ialah SuperJunior05 (TWINS), dirilis pada tahun 2005.
Foto Super Junior


Biodata Foto Personil Super Junior memulai debut nya pada awal 2005 dengan membuat album pertama SuperJunior05 (TWINS).

Suju di pecah menjadi beberapa groub band, salah satunya adalah Suju M. Untuk melihat sejarahnya Anda bisa lihat di sini

Berikut Foto Biodata  Super Junior ' Suju '
Biodata Leeteuk Super Junior (cara mengucapkannya Eeteuk)
Nama asli: Park Jungsu
Nama Mandarin: Li Te
Nama panggilan: Angel Without Wings, Gaeteuk (oleh Heechul), Special Leader, Peter Pan, Ori (alias Bebek)
Tanggal lahir: 1 Juli 1983
Tempat lahir: Seoul Yeonshinnae
Tinggi badan: 178 cm (kalo di Star King dia bilang tinggi badannya kalo ga pake hak sepatu tambahan alias shoelift adalah 175 cm (petir menyambar))
Berat badan: 59 kg
Golongan darah: A
Agama: Kristen

Posisi: Leader, sub-vocal
Saudara: kakak perempuan Park Inyoung (1982)
Keahlian/Hobi: piano, komposisi (musik), dengerin musik, nyanyi
Pendidikan: pindah dari Paekche Institute of the Arts ke Inha University

Cewek ideal: Cewek yang cantik molek dan bersifat terbuka, tinggi ideal 163 cm dengan pergelangan kaki dan tangan yang kurus.

Biodata Heechul Super Junior
Nama asli: Kim Heechul
Nama Mandarin: Xi Che
Nama panggilan: Heenim, Cinderella, Flower, Kim Pink, Kim Moodswing, Kim Cherry (dari Youngstreet), Snake/Ular (dari Shio China), Heerobbong (bagian dari Bbong bersaudara sama-sama Donghae dan U-Know Yunho), Heebongie Hyung (nama panggilan Heechul dari Yesung)
Tanggal lahir: 10 Juli1983
Tempat lahir: Daerah Hoengseong, Kangwondo; tapi tinggal di Wonju, Kangwondo
Tinggi badan: 179 cm
Berat badan: 60 kg
Golongan darah: AB
Agama: Atheis/Agnostik

Posisi: sub-leader, rapper, sub-vocal
Saudara: kakak perempuan Kim Heejin (1982)
Keahlian/Hobi: menulis puisi, menulis cerita dongeng, main game komputer
Pendidikan: Sangji University; lulus taun 2008.

Cewek ideal: Cewek dengan satu kelopak mata yang mempunyai leher yang indah dan juga terlihat cantik kalo pake rok mini dan/atau kalo rambutnya diikat.

Biodata Han Geng/Hankyung Super Junior
Nama asli: Han Geng
Nama panggilan: Beijing Fried Rice(Nasi Goreng Beijing) (gara-gara Han Geng salah nyebut ‘nasi goreng’ dalam bahasa Korea di “Full House”, jadi diketawain Heechul deh…), Dragon/Naga (dari Shio China)
Tanggal lahir: 9 Februari 1984
Tempat lahir: Mudanjiang, Provinsi Hei Long Jiang
Tinggi badan: 181 cm
Berat badan: 66 kg
Golongan darah: B (awalnya golongan darahnya dikirain O terus jadi A. Baru tau golongan darahnya B waktu diperiksa tahun 2006.)
Agama: Atheis

Posisi: lead dancer, sub-vocal
Saudara: anak tunggal
Keahlian/Hobi: tari tradisional China, ballet, game komputer
Pendidikan: Central University for Nationalities
Cewek ideal: Cewek imut yang menghormati orang tuanya dan mencintainya apa adanya.

Biodata Yesung Super Junior
Nama asli: Kim Jongwoon
Nama Mandarin: Yi Xing
Nama panggilan: Cloud, Dog/Anjing (dari Shio China), Rabid Dog/Anjing Rabies (nama panggilan Yesung dari Heechul)

Tanggal lahir: 24 Agustus 1984
Tempat lahir: Chunahn, Provinsi Choongchung Selatan
Tinggi badan: 178 cm
Berat badan: 64 kg
Golongan darah: AB
Agama: Katolik

Posisi: lead vocal
Saudara: adik laki-laki Kim Jongjin (1987)
Keahlian/Hobi: nyanyi, dengerin musik, latihan di gym (?)
Pendidikan: Chungwoon University, kemungkinan pindah ke Sunmoon University; lulus awal taun 2009.

Cewek ideal: kayak Moon Geungyoung

Biodata Kangin Super Junior
Nama asli: Kim Youngwoon
Nama Mandarin: Jiang Ren
Nama panggilan: Bear Kangin, Strength Kangin, Korea No.1 Handsome Guy, Kang Kings, Kkang, Neoguri (alias Racoon/Rakun, muncul dari “Full House”), Ox (dari Shio China), Youngchoon (nama panggilan Kangin dari Heechul)
Tanggal lahir: 17 Januari1985
Tempat lahir: Seoul Seodaemoongoo HongEunDong

Tinggi badan: 180 cm

Berat badan: 70 kg
Golongan darah: O
Agama: Kristen, tapi ada juga yang bilang Atheis

Posisi: sub-vocal
Saudara: anak tunggal
Keahlian/Hobi: akting, nyanyi, kick boxing, berenang
Pendidikan: Paekche Institute of the Arts or  Seni Teater

Cewek ideal: Cewek yang kaya dan cantik yang memiliki kaki yang indah dan rambut lurus panjang.

Biodata Shindong Super Junior
Nama Asli: Shin Donghee
Nama Mandarin: Shen Dong
Nama panggilan: Dongri Dong Dong (dari Ppo Ppo Ppo), Dolpan Ogyupsal (sejenis makanan)
Tanggal lahir: 28 September 1985
Tempat lahir: Moonkyung, Provinsi KyungGi Utara
Tinggi badan: 178 cm
Berat badan: 90 kg (25/03/09-93 kg)
Golongan darah: O
Agama: Kristen

Posisi: lead dancer, rapper
Saudara: anak tunggal
Keahlian/Hobi: bikin macam-macam ekspresi wajah, bikin lelucon, menari
Pendidikan: Paekche Institute of the Arts

Cewek ideal: Cewek yang imut dan pendek

Biodata Sungmin Super Junior
Nama asli: Lee Sungmin
Nama Mandarin: Cheng Min
Nama panggilan: Sweet Pumpkin, Minimi
Tanggal lahir: 1 Januari 1986
Tempat lahir: Ilsan, Provinsi KyungGi
Tinggi badan: 175 cm
Berat badan: 57 kg
Golongan darah: A
Agama: Kristen

Posisi: lead vocal
Saudara: adik laki-laki Lee Sungjin
Keahlian/Hobi: bela diri China, akting, nonton film, main musik
Pendidikan: pindah dari Seoul Arts University; sekarang mahasiswa di Myongji University

Cewek ideal: Cewek yang imut, pendek, dan baik hati

Biodata Eunhyuk Super Junior
Nama asli: Lee Hyukjae
Nama Mandarin: En He
Nama panggilan: Jewel Guy/Cowok Permata, Monkey/Monyet (dari Shio China)
Tanggal lahir: 4 April 1986
Tempat lahir: Goyangshi NeungGok
Tinggi badan: 176 cm (di Yashimmanman disebutin tinggi badannya +/- 2 cm jadi 174 cm)
Berat badan: 58 kg
Golongan darah: O
Agama: Kristen

Posisi: lead dancer, rapper, sub-vocal
Saudara: kakak perempuan Lee Sora (1984)
Keahlian/Hobi: tarian segala jenis, olahraga, dengerin musik
Pendidikan: Mahasiswa di Pai Chai University

Cewek ideal: Cewek berkulit putih, imut, dan pendek

Biodata Donghae Super Junior
Nama asli: Lee Donghae
Nama Mandarin: Dong Hai
Nama panggilan: Fishy (sebenarnya hanya “Fish” tapi cara nyebutnya dalam bahasa Korea jadi kayak Fishy), Donghae Bada (East Sea/Laut Timur), Pinocchio (dinamain Heechul), Dorobbong (bagian dari Bbong bersaudara dengan Heechul dan U-Know Yunho), Tiger/Macan (dari Shio China)
Tanggal lahir: 15 Oktober 1986
Tempat lahir: Mokpo, Provinsi Jeolla Selatan
Tinggi badan: 175 cm
Berat badan: 60 kg/132 lb (Donghae bilang di Itta Upta 4/4/09 beratnya 59kg)
Golongan darah: A
Agama: Kristen

Posisi: lead dancer, rapper, sub-vocal
Saudara: kakak laki-laki Lee Donghwa
Keahlian/Hobi: menari, olahraga, nyanyi, nonton film
Pendidikan: Mahasiswa di Myongji University (tapi kemaren pernah denger dia drop out… bener gak sih? Mudah-mudahan sih nggak…)

Cewek ideal: Cewek yang pedulian dan keibuan yang punya tulang selangka yang indah(?)

Biodata Siwon Super Junior
Nama asli: Choi Siwon
Nama Mandarin: Shi Yuan
Nama panggilan: Simba (dinamain Heechul), Horse/Kuda (dari Shio China, tapi dia diolok-olok sama anak-anak SuJu dengan Ma Siwon yang kurang lebih artinya sama (kayaknya…)), The Lord No.1 Fan/Fans Tuhan No.1
Tanggal lahir: 10 Februari 1987 (yang asli: 7 April 1986)
Tempat lahir: Seoul Gangnam
Tinggi badan: 183 cm
Berat badan: 65 kg
Golongan darah: B
Agama: Kristen

Posisi: sub-vocal
Saudara: adik perempuan Choi Jiwon
Keahlian/Hobi: nyanyi, nari, akting, Taekwondo, bahasa Mandarin, main alat musik drum
Pendidikan: Mahasiswa di Inha University (Edukasi fisik, tapi bukan teologi, aneh yah…?)

Cewek ideal: Cewek Kristen dengan rambut bergelombang

Biodata Ryeowook Super Junior
Nama asli: Kim Ryeowook
Nama Mandarin: Li Xu
Nama panggilan: Eternal Maknae (artinya “selama 10.000 taun tetep jadi yang termuda”)
Tanggal lahir: 21 Juni 1987
Tempat lahir: Inchon Bupyung Sanggokdong
Tinggi badan: 173 cm
Berat badan: 58 kg
Golongan darah: O
Agama: Kristen

Posisi: lead-vocal
Saudara: anak tunggal
Keahlian/Hobi: nyanyi, komposisi (musik)
Pendidikan: Mahasiswa di Inha University, Seni Teater

Cewek ideal: Cewek pendek yang bisa nyanyi

Biodata Kibum Super Junior
Nama asli: Kim Kibum
Nama Mandarin: Ji Fan
Nama panggilan: Snow White/Putri Salju, Yangban Kim (semuanya dinamain oleh Heechul)
Tanggal lahir: 21 Agustus 1987
Tempat lahir: Seoul
Tinggi badan: 179 cm (di Yashimmanman dinyatain tingginya yang sebenarnya 177 cm)
Berat badan: 58 kg
Golongan darah: A
Agama: Kristen

Posisi: rapper
Keahlian/Hobi: akting, berlatih bernyanyi, berlatih ekspresi wajah
Saudara: adik perempuan Kim Saehee
Pendidikan: tidak diketahui…? (Misterius amat sih nih anak…?)

Cewek ideal: Cewek dengan mata yang indah dan memberikan perasaan kepadanya waktu melihatnya

Biodata Kyuhyun Super Junior
Nama asli: Cho Kyuhyun
Nama Mandarin: Gui Xian
Nama panggilan: Kim Kyu (dinamain Heechul), Game Kyu, Jumong Kyu , Chic Kyu, Maknae, dll! (Males tulis semuanya, soalnya aku denger-denger Kyuhyun punya 967 nama panggilan…)
Tanggal lahir: February 3, 1988
Tempat lahir: Seoul Nohwon
Tinggi badan: 180 cm
Berat badan: 68 kg
Golongan darah: A
Agama: Kristen

Posisi: lead-vocal
Saudara: kakak perempuan Cho Ahra (1985)
Keahlian/Hobi: nyanyi, dengerin musik, nonton film, game komputer
Pendidikan: Mahasiswa di Kyunghee University, Post Musik Modern

Cewek ideal: Cewek yang cantik dan beragama Kristen, mempunyai kaki yang indah, mirip dengan Kim Taehee (kenapa pada suka Kim Taehee sih?? Minho oppa juga suka tuh…*iri*)

Biodata Foto Profil Super Junior keren yaa.... ^__^

Artikel Menarik Lainnya






Semoga Bermamfaat

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites