Sabtu, 12 November 2011

Marketing On Ground ala Kecap Bango


22 May 2008


Pada sesi jumpa wartawan di tenda khusus dalam arena Festival Jajanan Bango 2008 di Surabaya (10/5) lalu, banyak hal menarik terlontar dari sesi tanya jawab antara para juru warta dengan Memoria Dwi Prasita, Brand Manager Bango, PT Unilever Indonesia Tbk. Berikut sebagian kutipan sesi tanya jawab tersebut.


Bisakah diceritakan kepada kami, sekilas tentang sejarah kecap Bango?
80 tahun usia Kecap Bango diawali sejak bisnis Kecap Bango ini dimulai tahun 1928 oleh pendirinya yang terdahulu. Kenapa kita ambil Kecap Bango ini? Karena kita merasa setiap tahun Bango berkembang begitu baik, menjadi lebih terkenal serta digemari oleh masyarakat. Itu semua adalah sesuatu yang perlu disyukuri. Kebetulan sekali tahun ini Bango ulang tahun genap ke-80, kemudian kita gunakan momentum ini untuk membagi rasa syukur Bango ke pengunjung, penjaja makanan, ke media, dan ke semua orang yang berperan besar ke dalam keadaan Bango yang ada seperti sekarang.

Bagaimana perjalanan Bango selama 80 tahun?
Kalau saya boleh sharing, tahun 1928 itu Bango dimulai dari sebuah home industry di belakang rumah. Dari yang skalanya masih sangat kecil, kemudian mereka berjualannya di garasi rumah. Di garasi rumah itulah mereka buka toko kecil-kecilan. Pada saat itu yang dijual hanya Bango botol gelas. Kemudian dari mulut ke mulut disebarkan bahwa Bango ini ternyata kecepnya berkualitas prima, rasanya mantap, dan juga sangat cocok digunakan untuk makanan sehari-hari, sehingga makin lama semakin berkembang. Dari mulai garasi rumah ini, pada saat itu strategi marketingnya adalah dengan mendekati tuan toko yang ada di pasar dan penjaja makanan tradisional. Tetapi semua itu dilakukan secara gerilya atau on ground, tidak ada komunikasi yang di atas, saat itu.

Lalu kenapa PT Unilever tertarik untuk meminang bango?
Basicly, karena kita melihat bahwa kecap itu tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Indonesia dan makanan Indonesia. Kita melihat kecap manis itu hanya ada di Indonesia. Kalau kita pergi ke luar negeri, itu kebanyakan lebih banyak ke arah kecap asin, dimana untuk masakan-masakan oriental. Dan kita merasa produk ini sangat bagus, kemudian brand-nya juga sangat menjanjikan, karena dari dulu kita sangat menjunjung tinggi kualitas, dan Unilever berpikir ini merupakan langkah yang sangat baik untuk terus kita menemani atau hadir di dapur ibu-ibu di seluruh Indonesia. Jadi dari divisi makanan kita tambahkan kecap, dengan kita meminang Bango sebagai salah satu anggotanya. Sejak tahun 2001 Bango resmi menjadi keluarga PT Unilever Indonesia Tbk.

Berapa kapasitas produksi dan nilai penjualan bango? Dan, apakah ada rencana ekspor ke luar negeri?
Saya sering sekali ditanya mengenai penjualan, kapasitas industri, tentang pangsa pasar, tapi belum ada yang baru sampai hari ini, sehingga yang bisa saya sampaikan adalah; saat ini perkembangan bango sangat menggembirakan. Kami masih melihat, Bango sangat potensial untuk berkembang menjadi besar itu masih besar sekali. Jadi kami juga percaya diri bahwa 2008 atau tahun-tahun ke depan kami akan bisa memperbaiki posisi di pasar maupun dari segi penjualannya.
Rencana untuk ekspor ada, tapi bukan dalam waktu dekat. Karena kami melihat bahwa pasar dalam negeri sendiri masih besar dan kami akan memfokuskan diri di dalam negeri.

Apakah ketentuan khusus bagi peserta untuk bisa mengikuti Festival Jajanan Bango?
Konsep Festival Jajanan Bango adalah kita menghadirkan makanan-makanan tradisional yang sudah khas dan iconic dari kota tertentu, dalam hal ini Surabaya, sehingga yang bisa ikut pun juga penjaja-penjaja makanan tradisional yang juga khas, iconic, dan sudah melakukan bisnis secara turun temurun. Kalau untuk Festival Jajanan Bango tahun ini khusus kita hadirkan orang-orang yang melakukan bisnis kurang lebih minimal sekitar 10 tahun,. Mengapa? Karena seiring dengan messege atau pesan yang ingin kami sampaikan dengan Bango yang berusia 80 tahun ini, adalah bahwa sebenarnya kualitas Bango telah teruji selama 80 tahun. Sehingga yang kita hadirkan pun berbagai makanan tradisional yang sudah teruji melalui waktu, bisa bertahan dan terus mendedikasikan menjual makanan tradisional.



Memoria Dwi Prasita (Brand Manager Kecap Bango), tampak enjoy, saat jumpa wartawan di arena Festival Jajanan Bango 2008, di Lapangan Brawijaya Surabaya (10/5).

Apa keunggulan kecap kedelai hitam (Bango) dengan kecap kedelai kuning? Apakah kecap hitam (Bango) sudah mampu menjadi Leading Products bagi konsumen Surabaya dan Indonesia, atau mungkin ada kompetitor lain?
Keunggulan kedelai hitam dibanding kedelai kuning, sebenarnya kita bisa melihat dari varietasnya, kedelai hitam itu rasanya lebih gurih. Kedelai hitam juga mengandung banyak serat sehingga baik untuk sistem pencernaan tubuh. Kadar proteinnya juga tinggi, mengandung antioksidan yang bisa menangkal radikal bebas. Dari beberapa penelitian kedelai hitam juga mengandung Antisianin yang bisa memperlambat proses oksidasi sehinga bisa membuat awet muda.
Mengenai pangsa pasar, kalau melihat pemain kecap di tingkat nasional Bango bisa jadi menjadi salah satu yang paling terkenal dalam penggunaan kedelai hitam. Saya tidak perlu sebutkan brand-brand lain atau kompetitor, mereka tidak semuanya menggunakan kedelai hitam. Dan Bango bisa bangga karena prosesnya menggunakan kedelai hitam pilihan berkualitas, yang dihasilkan oleh petani kedelai kita yang berdedikasi tinggi. Jadi kualitasnya jangan ditanya, pasti terbaik.
Saya tambahkan, para petani kedelai hitam yang tadi mengikuti prosesi Festival Jajanan Bango, mereka itu adalah petani-petani yang memiliki dedikasi tinggi untuk meluangkan waktunya bersama-sama dengan Universitas Gajahmada (UGM) untuk benar-benar menanam kedelai hitam itu hanya memanen pada masanya. Mereka memetik hanya yang berkualitas. Dan dari sekian lama kita bekerja sama dengan Universitas Gajahmada dan petani kedelai hitam, dari tahun 2001 hingga tahun 2007 kemarin, kita mampu mendapatkan satu varietas unggul yang dinamakan malika. Dan malika inilah yang kita pakai menjadi bahan baku kecap Bango.

Apakah event FJB ini akan dijadikan tradisi sebagai bagian dari wisata kuliner?
Memang, dari 4 tahun penyelenggaraan Festival Jajanan Bango, khususnya di kota Surabaya, tahun ini kita mendapat kehormatan dengan mendapat dukungan dari Pemkot dan Dinas Pariwisata Surabaya. Untuk menjadikan FJB sebagai salah satu kalender event merupakan usulan yang sangat baik, dan kami menyambut dengan gembira dan akan kami pertimbangkan untuk tahun depan, sehingga dapat menjadi kalender event yang lebih fix, tetap kapan dan dimananya, sehingga bisa juga dijual ke mancanegara untuk sebagai salah satu kalender promosi pariwisata.
Usai acara jumpa wartawan, para wartawan pun dipersilakan menyinggahi dan mencicipi aneka jajanan tradisional pusaka kuliner nusantara di tenda-tenda yang tersedia. Berbekal voucher dari panitia FJB, wartawan pun langsung menyerbut makanan favorit masing-masing. (arohman)


Terimakasih Atas Perhatiannya
Salam Admin

0 komentar:

Posting Komentar

Untuk Kemajuan dan Keterbaruannya Page ini,Mohon Tinggalkan "Komentar".
Perhatian :Jangan meninggalkan pesan atau komentar dengan isi tidak lazim dan kurang patut untuk di baca....

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites